Daun jintan (Plectranthus amboinicus sin. Coleus amboinicus; Nama Lokal: Daun Jinten, Bangun-bangun, daun hati-hati; Melayu: Sukan; Sunda: Aceran; Jawa: Daun Kucing, Daun Kambing; Madura: Majha Nereng; Bali: Iwak; Flores: Golong) adalah tumbuhan perenial yang tergolong familia Lamiaceae yang berasal dari Afrika Selatan dan Timur, penyebaran aslinya adalah dari KwaZulu-Natal dan Swaziland ke Angola kemudian ke Mozambik, ke arah utara menuju Kenya dan Tanzania.[2] Ia secara luas dibudidayakan dan juga telah dinaturalisasikan.
Daun jintan merupakan terna tahunan dengan pangkal sering kali berkayu, menaik, dan mencapai tinggi 1 m. Batangnya beruas, dan yang menyentuh tanah akan keluar dari situ. Daunnya tunggal, berdaging, berbentuk bulat telur, ujung dan pangkalnya runcing dengan tepian bergerigi/berringgit, kecuali pada bagian pangkal.[1] Pertulangan daunnya menyirip,[3] dan bercabang-cabang membentuk seperti jala. Permukaannya berrambut tebal, seperti beledu berwarna putih dengan panjang 5-7 cm, dan lebar 4–6 cm dan warnanya hijau muda, jika diremas berbau harum. Perbungaannya majemuk berupa tandan dengan panjang 20 cm, keluar dari ujung percabangan, dan ketiak daun dengan warna biru keunguan. Bijinya keras, gepeng, dan berwarna coklat muda.[1]
|trans_title=
yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)
Daun jintan (Plectranthus amboinicus sin. Coleus amboinicus; Nama Lokal: Daun Jinten, Bangun-bangun, daun hati-hati; Melayu: Sukan; Sunda: Aceran; Jawa: Daun Kucing, Daun Kambing; Madura: Majha Nereng; Bali: Iwak; Flores: Golong) adalah tumbuhan perenial yang tergolong familia Lamiaceae yang berasal dari Afrika Selatan dan Timur, penyebaran aslinya adalah dari KwaZulu-Natal dan Swaziland ke Angola kemudian ke Mozambik, ke arah utara menuju Kenya dan Tanzania. Ia secara luas dibudidayakan dan juga telah dinaturalisasikan.